SEKOLAH RENDAH ISLAM DARUL THULAB (PENDIDIKAN AGAMA DAN TAHFIZ AL QURAN)

SEKOLAH RENDAH ISLAM DARUL THULAB (PENDIDIKAN AGAMA DAN TAHFIZ AL QURAN)
SEKOLAH RENDAH ISLAM DARUL THULAB (PENDIDIKAN AGAMA DAN TAHFIZ AL QURAN)

BERSAMA KITA MELAHIRKAN GENERASI BERILMU DAN BERAMAL DAN BERAKHLAK

خيركم من تعلم القران وعلمه

SEBAIK-BAIK KAMU IALAH ORANG YANG BELAJAR AL-QURAN DAN MENGAJARKANNYA



Wednesday, May 16, 2012

Wahai murid-muridku yang di kasihi...


  1. Wahai murid-muridku yang di kasihi...


    Dalam kesempatan yang baik ini,saya sebagai seorang guru .Saya ingin menyampaikan SEpatah dua doa dan harapan seorang guru

    Wahai muridku,Bunga dan semua murid-murid yang lainnya.Ketahuilah bahwa kami sesungguhnya menyanyangi dan mencintai kalian.Karena kami diberikan sebuah amanah dari Allah Swt sebagai seorang guru, untuk membantu menjadi jalan bagi saudara-saudara kami mendapatkan cahaya penerangan dan hidayah petunjuk pengetahuan.

    Tugas kami amatlah tidak ringan sebagai pengabdi insan pendidikan.Karena di pundak kami lah kualitas para penerus bangsa ditentukan.Apabilah penerus sebuah bangsa adalah penerus yang baik,maka baik pulalah bangsa tersebut.Sebaliknya apabila kualitas penerus bangsa itu rusak,maka rusak pula bangsa tersebut.

    Pada kenyataanya,kami para guru bukanlah manusia yang sempurna dan lengkap pada semua hal.Ada banyak keterbatasan dan kelemahan yang kami miliki sebagai guru.Lihatlah kami pada sisi kebaikan kami,dan jangan pernah meniru serta mencontoh apabila kami lupa,khilap,dan berbuat kesalahan.Sekali lagi kami manusia bisa seperti kalian murid-muridku

    Kami percaya dan yakin,murid-murid kami tercinta adalah insan pembelajar yang ingin baik dan sukses kelak di masa yang kan datang.Jadi kami punya keyakinan kalian akan menjadi peserta didik yang Baik,Tekun,Rajin,Jujur dan senantisa berharap serta Berdoa untuk kesuksesan di masa depan.

    Kami para guru-guru tidak pernah putus berdoa untuk kebaikan dan kesejahteraan kalian.Semoga kalian menjadi Manusia Utama,Unggul,Sopan,BERAKHLAK,JUJUR,MULIA,DAN SUKSES.Itu yang menjadi harapan dan cita-cita kami

    Kelak, kalian boleh melupakan kami ketika kalian sukses,tapi jangan pernah sekali-kali kalian melupakan IBU DAN BAPAK kalian.Orang tua kandung kalian,dimana darah daging mereka menempel di tubuh kalian.Sayangi mereka dan Bahagiakan mereka.

    Kalaupun nanti Allah swt mempertemukan kita kembali,kami ingin bertemu kalian di masa depan dalam keadaan berbahagia,sejahtera dan kalian menyanyangi semua yang pernah menjadi bagian di hidup kalian

    Semoga doa-doa kami didengar Allah Swt.Amiin..

  2. Nasehat Luqman (Bag.4) Seruan untuk Amal Ma'ruf dan Nahi Mungkar


    "Wahai Anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting."

    Lalu Luqman meneruskan nasehatnya kepada anaknya dengan beban-beban akidah, yaitu perintah beramar makruf dan nahi mungkar, serta besabar atas segala konsekuensinya.[1] Sebelumnya Luqman menasehati untuk melaksanakan shalat.

    Wahai Ummi yang dirahmati Allah, tentu telah mengetahui sebelumnya bahwa salah satu manfaat shalat adalah mencegah dari perbuatan mungkar. Shalat adalah pondasi utama seorang muslim, maka biasakanlah anak-anak sedari dini untuk belajar shalat. Bahkan di beberapa buku pendidikan anak, orang tua dapat mengajarkan anak kebiasaan-kebiasaan ibadah termasuk shalat sedari anak dalam kandungan. Ummi yang mengandung buah hati dapat mengajaknya shalat sambil mengusap perut dan berkata “mari shalat shubuh yuk nak,” atau mungkin dengan bahasa lain yang biasa Ummi ucapkan.
    Ketika anak telah memasuki usia balita dan mulai dapat mengerti dan memahami segala aktivitas yang dilakukan, Ummi dapat mengajarkan gerakan dan bacaan shalat tahap demi tahap dengan penuh kelembutan dan kesabaran. Ingatlah untuk mengajarkannya dengan kesabaran karena naluri anak-anak biasanya adalah bermain dan mudah bosan. Tetapi anak memiliki daya tangkap yang hebat, sehingga sedikit-sedikit ia akan dapat mengikuti dan menghafal bacaan shalat, insya Allah dengan ketekunan dari Ummi dan Abi tentunya.

    Selanjutnya tahapan mengenai pembiasaan shalat kepada anak telah dicontohkan oleh Nabi kita Rasulullah sallalahu‘alaihiwassalam, orang tua diperbolehkan memukul tanpa menyakiti ketika anak berumur 7 tahun jika anak tidak mau shalat. Hal ini berarti di umur 7 tahun, anak seharusnya telah dapat melaksanakan shalat fardu dengan rutin.

    “…Suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar…” hal ini dapat mengandung arti bahwa bukan saja diri kita yang harus berbuat kebaikan tetapi kita pun mempunyai kewajiban untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah perbuatan yang buruk. Anak-anak baik ketika balita maupun sudah memasuki usia sekolah dasar memiliki kecenderungan untuk meniru kegiatan atau perilaku orang-orang yang berada dilingkungannya. Baik di lingkungan rumah, sekolah ataupun ditempat-tempat umum dan saat ini anak-anak cenderung melihat dan meniru apa yang dilihatnya dari televisi.

    Tidak semua hal yang terjadi disekitar kita adalah baik, tetapi tidak semua juga buruk. Untuk itulah orang tua perlu memiliki cara yang terbaik untuk mengajarkan anak-anaknya perihal amal makruf dan nahi mungkar. Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim)

    Namun dari sabda Rasul diatas bukan berarti kemudian berlaku keras terhadap perbuatan maksiat. Merubah (mengingkari) dengan tangan tidak harus dilakukan dengan kekerasan, bisa dengan tulisan, bisa dengan tepukan atau hal lain yang dapat dilakukan dengan tangan. Tetapi ada kalanya pula mencegah dan melakukan perbuatan untuk menghentikan kemungkaran harus dengan senjata dan kekerasan ketika tentunya keadaan yang memaksa dan dilakukan dengan tanpa melanggar syariat agama.

    Sebelumnya perlu diketahui hal-hal yang berkaitan dengan amal makruf dan nahi mungkar. Kata Makruf dan Munkar adalah dua mafhum yang saling bertentangan. Secara etimologis, Makruf berarti yang sudah jelas dan munkar adalah yang belum jelas[2] dan secara istilah Makruf adalah perbuatan baik dan Munkar adalah perbuatan buruk menurut nalar akal dan hukum syariat.[3]

    Oleh karena itu, makruf dan munkar memiliki cakupan yang luas dan tidak hanya terbatas pada urusan ibadah saja, akan tetapi mencakup urusan akidah, akhlak, ibadah, hak-hak manusia, ekonomi, militer, dan urusan budaya. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa makruf dan munkar dapat digambarkan sebagai perbuatan mulia dan tercela.

    Ummi dan Abi sebagai orang tua yang memiliki amanah untuk mendidik anak di saat sekarang ini tentunya sesekali pernah merasa berat dengan adanya berbagai pengaruh dari luar yang dapat berdampak buruk bagi anak. Oleh karenanya, hanya dengan terus belajar dan terus menambah ilmu terutama ilmu agama maka Ummi dan Abi dapat berusaha untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak. Doronglah pula anak-anak untuk mempelajari ilmu agama dengan baik dan sungguh-sungguh karena dengan belajar dan terus menambah ilmu maka kita akan semakin mengenal dan mengetahui hal-hal yang terkait dengan amal makruf nahi mungkar.

    Seperti yang telah disebutkan dalam QS Luqkam 17 diatas untuk bersabar atas segala hal yang menimpa, karena itu adalah konsekuensi dari kesungguhan kita dalam menegakkan amal makruf nahi mungkar. Seperti yang telah sering kita lihat dan saksikan baik dari media maupun mungkin yang pernah terjadi di lingkungan sekitar, bahwa orang-orang yang menyeru pada kebaikan seringkali mengalami hal-hal yang tidak layak dan mendapat hinaan dari manusia. Untuk itulah diperlukan kesabaran yang lebih, karena tentu Allah tidak akan meninggalkan umatnya yang berbuat kebaikan.

    Banyak sekali contoh dan kisah baik yang berasalah dari orang-orang shaleh sebelum kita maupun yang terjadi disekitar kita saat ini, yang memperjuangkan kebaikan tetapi ditentang oleh banyak orang karena tidak sesuai dengan adat, tidak berpihak pada kepentingan penguasa dan lainnya.

    Kuatkanlah hati anak-anak yang menjadi amanah kita untuk tetap berpegang pada syariat Islam dalam setiap tindakannya. Hal ini mungkin berat, tetapi sungguh Allah Maha Luas dan Maha Lembut, iringilah setiap usaha dan ikhtiar kita dalam mendidik anak dengan doa kepadaNya agar diri kita dan keturunan selalu diberi petunjukNya.

    Wallahualam Bishawab.

  3.  

    SELAMAT HARI GURU


    Guru Adalah Mubaligh

    Guru itu sebenarnya mubaligh, karena mengemban tugas mulia. Istilah guru adalah istilah indonesia, dalam istilah Arab adalah ustazd. Sedangkan kata mubaligh berasal dari kata balagh yang berarti menyampaikan (sesuatu). Maka dari pengertian ini baik guru/ustazd dan mubaligh adalah seseorang yang menyampaikan atau mentransferkan sesuatu(ilmu) kepada seseorang.

    Guru merupakan profesi yang memiliki tanggung jawab di kemudian hari. Oleh karena itu seorang guru dalam menjalankan profesinya harus memiliki mampu dan menguasai baik afektif, kognitif dan psikomotorik secara sempurna, tidak parsial. Karena ketiga hal itu nanti akan ditransferkan kepada peserta didik. Afektif menjadi dasar bagi bangunan kognitif, sedangkan psikomotorik adalah pengejawantahan afektif dan kognitif. Keseimbangan dan kesempurnaan figur seorang guru terletak pada ketiga hal itu. Bila kemampuan dan penguasaan ada pada afektif dan mengabaikan kognitif juga psikomotorik maka tidak terjadi kebudayaan dan peradaban dalam kehidupan ini, atau bila guru hanya memiliki kemampuan dan penguasaan kognitif ketimbang afektif dan psikomotorik, maka kehidupan hilang makna, manusia akan menghambakan diri kepada kebudayaan dan peradaban semu. Dan sebaliknya jika guru memiliki dan menguasai baik afektif dan kognitif, tanpa nilai psikomotorik, maka kita membangun sebuah bangsa tanpa nilai karakter dan itu tidak mungkin karena guru adalah teladan bagi peserta didik, dan masyarakat.

    Guru juga adalah pembimbing menuju kebenaran. Essensinya guru dan kebenaran adalah satu kesatuan yang tidak memiliki pertentangan. Yang diajarkan guru adalah nilai-nilai kebenaran yang terkandung dalam ilmu pengetahuan baik agama maupun umum. Dengan kemampuannya seorang guru harus mampu menguraikan dan menjelaskan simbol dan makna hukum yang terkandung dalam intisari ilmu, ia juga mampu membongkar misteri alam yang belum terungkap(tidur). Dan dengan kemulian dan kejujurannya ia harus memperkenalkan kekuatan/Zat yang memiliki peran penting dibalik semua fenomena alam dan tujuan akhir ilmu pengetahuan yang manusia pelajari.

    Oleh karena itu ketika kita mencoba memahami eksistensi guru, maka kita bisa menyadari akan tugas mulianya. Memang menjadi guru itu tidak mudah seperti yang kita bayangkan. Ketika seorang guru salah meletakkan dasar bangunan afektif, kognitif dan jauh dari nilai psikomotorik, maka sama dengan kita mempersiapkan generasi yang hambar, yang jauh dari kualitas.

    Profesi guru juga janganlah dijadikan alat untuk memperkaya diri dan mempercantik bangunan keangkuhan. Profesi guru sama dengan profesi mubaligh dimana di antara keduanya menganjurkan manusia untuk melakukan pengabdian kepada Allah SWT, serta keduanya menginginkan setiap manusia untuk berusaha dengan tulus dan penuh kesungguhan untuk memperbaiki diri, dan lingkungan kehidupannya.

    Guru merupakan sosok pembangun kehidupan keluarga dan masyarakat, karena ia adalah gabungan tiga syarat di atas dalam pribadi konkrit yang berada di tengah-tengah masyarakat. Ia merupakan simbol pengetahuan, dan pengetahuan adalah harta yang patut dimuliakan dan bukan kebendaan.

1 comment: