SEKOLAH RENDAH ISLAM DARUL THULAB (PENDIDIKAN AGAMA DAN TAHFIZ AL QURAN)

SEKOLAH RENDAH ISLAM DARUL THULAB (PENDIDIKAN AGAMA DAN TAHFIZ AL QURAN)
SEKOLAH RENDAH ISLAM DARUL THULAB (PENDIDIKAN AGAMA DAN TAHFIZ AL QURAN)

BERSAMA KITA MELAHIRKAN GENERASI BERILMU DAN BERAMAL DAN BERAKHLAK

خيركم من تعلم القران وعلمه

SEBAIK-BAIK KAMU IALAH ORANG YANG BELAJAR AL-QURAN DAN MENGAJARKANNYA



Sunday, May 20, 2012

Menjaga Akhlak kepada Allah

Menjaga Akhlak kepada Allah

Menjaga Akhlak kepada Allah Mudah-mudahan Allah SWT yg Maha Mengetahui siapa diri kita yg sebenar menolong kita agar dapat mengetahui kekurangan yg harus diperbaiki memberitahu jalan yg harus ditempuh dan memberikan karunia semangat terus-menerus sehingga kita tak dikalahkan oleh kemalasan tak dikalahkan oleh kebosanan dan tak dikalahkan oleh hawa nafsu. Dan mudah-mudahan pula warisan terbaik diri kita yg dapat diwariskan kepada keluarga keturunan dan lingkungan adl keindahan akhlak kita. Karena ternyata keislaman seseorang tak diukur oleh luas ilmu. Keimanan seseorang tak diukur oleh hebat pembicaraan. Kedudukan seseorang disisi Allah tak juga diukur oleh kekuatan ibadah semata. Tapi semua kemuliaan seorang yg paling benar Islam yg paling baik iman yg paling dicintai oleh Allah yg paling tinggi kedudukan dalam pandangan Allah dan yg akan menemani Rasulullah SAW ternyata sangat khas yaitu orang yg paling mulia akhlaknya.
Walhasil sehebat apapun pengetahuan dan amal kita sebanyak apapun harta kita setinggi apapun kedudukan kita jikalau akhlak rusak maka tak bernilai. Kadang kita terpesona kepada topeng duniawi tapi segera sesudah tahu akhlak buruk pesona pun akan pudar. Yakinlah bahwa Rasulullah SAW diutus ke dunia ini adl utk menyempurnakan akhlak. Hal ini dinyatakan sendiri oleh beliau ketika menjawab pertanyaan seorang sahabat “Mengapa engkau diutus ke dunia ini ya Rasul?”. Rasul menjawab “Innama buitsu liutamimma makarimal akhlak” “Sesungguh aku diutus ke dunia hanyalah utk menyempurnakan akhlak”.
Sayang kalau kita mendengar kata akhlak seakan fokus pikiran kita hanya terbentuk pada senyuman dan keramahan. Padahal maksud akhlak yg sebenar jauh melampaui sekedar senyuman dan keramahan. Karena penjabaran akhlak dalam perilaku sehari-hari bukanlah suatu hal yg terpecah-pecah semua terintegrasi dalam satu kesatuan utuh termasuk bagaimana akhlak kita kepada Allah. Akhlak kita kepada Allah SWT harus dipastikan benar-benar bersih. Orang yang menjaga akhlak kepada Allah hati benar-benar putih seperti putih air susu yg tak pernah tercampuri apapun. Bersih sebersih-bersihnya. Bersih keyakinan tak ada sekutu lain selain Allah. Tidak ada satu tetes pun di hati meyakini kekuatan di alam semesta ini selain kekuatan Allah SWT sehingga ia sangat jauh dari sifat munafik.
Bagaimanakah sifat orang munafik itu? Berikut ini kita kutif tulisan dari Imam Al Ghazali yg menuturkan ucapan Imam Hatim Al Ashom seorang ulama yg shalih ketika mengupas perbedaan antara orang mukmim dgn orang munafik. “Seorang mukmin senantiasa disibukan dgn bertafakur merenung mengambil pelajaran dari aneka kejadian apapun di muka bumi ini sementara orang munafik disibukan dgn ketamakan dan angan-angan kosong terhadap dunia ini. Seorang mukim berputus asa dari siapa saja dan kepada siapa saja kecuali hanya kepada Allah sementara orang munafik mengharap dari siapa saja kecuali dari mengharap kepada Allah. Seorang mukmin merasa aman tak gentar tak takut oleh ancaman siapa pun kecuali takut hanya kepada Allah krn dia yakin bahwa apapun yg mengancam dia ada dalam genggaman Allah di lain pihak orang munafik justru takut kepada siapa saja kecuali takut kepada Allah naudzhubilah yg tak dia takuti malah Allah SWT.
Seorang mukmin menawarkan harta demi mempertahankan agama sementara seorang munafik menawarkan agama demi mempertahankan hartanya. Seorang mukmin menangis krn malu kepada Allah meskipun dia berbuat kebajikan sementara seorang munafik tetap tertawa meskipun dia berbuat keburukan. Seorang mukmin senang berkhalwat dgn menyendiri bermunajat kepada Allah sementara seorang munafik senang berkumpul dgn bersukaria bercampur baur dgn khalayak yg tak ingat kepada Allah. Seorang mukmin ketika menanam merasa takut jikalau merusak sedangkan seorang munafik mencabuti seraya mengharapkan panen. Seorang mukmin memerintahkan dan melarang sebagai siasat dan cara sehingga berhasil memperbaiki larangan dan perintah seorang mukmin adl upaya untuk memperbaiki sementara seorang munafik memerintah dan melarang demi meraih jabatan dan kedudukan sehingga dia malah merusak naudzhubillah”.
Ah Sahabat. Nampak demikian jauh beda akhlak antara seorang mukmin dgn seorang munafik. Oleh karena kita harus benar-benar berusaha menjauhi perilaku-perilaku munafik seperti diuraikan di atas. Kita harus benar-benar mencegah diri kita utk meyakini ada penguasa yg menandingi kebesaran dan keagungan Allah. Kita harus yakin siapa pun yg punya jabatan di dunia ini hanyalah sekedar makhluk yg hidup sebentar dan bakal mati seperti hal kita juga. Jangan terperangah dan terpesona dgn kedudukan pangkat dan jabatan sebab itu cuma tempelan sebentar saja yg kalau tak hati-hati justru itulah yang akan menghinakan dirinya. Sayang kalau kita simak di media massa sekarang seperti ada sesuatu yg menyedihkan dimana cara menyampaikan pendapat kritik dan saran serta koreksi dilakukan dgn akhlak yg kurang terpuji kotor kasar dan nista. Saling memukul saling menjatuhkan saling mencemarkan dan saling membeberkan aib. Apa yg dicari? Padahal kalaulah didapat jabatan baik presiden menteri gubernur walikota rektor atau dekan di kampus asal tahu saja bahwa jabatan yg disandang itu tak akan lama hanya beberapa tahun saja dan kalau tak hati-hati justru aib tetap melekat lama. Harus kita anggap semua biasa-biasa saja anggap sebagai hiburan yg justru kalau tak hati-hati pangkat dan jabatan itulah yg akan mencemarkan menjatuhkan dan menghinakan kedudukan dunia dan akhirat kita. Karena jangan terperangah melihat orang punya kedudukan sebab itu cuma tempelan ringan yg berat tanggung jawabnya. Jangan pula mendatangi orang yang dianggap memiliki kekuatan dahsyat sehingga kita merasa aman. Para dukun ahlik klenik tukang sihir atau paranormal mereka sama saja dgn kita yaitu makhluk yg pasti binasa. Mereka hanya orang lapar yg mencari makan dgn menjadi dukun atau yg sejenisnya. Seharus kalau mereka hebat tak usah mencari nafkah dgn seperti itu. Pernah suatu ketika ada seseorang yg mengaku ahli pengobatan yg ternyata hanya menjual kata-kata pengobatan yg dia maksudkan ternyata berasal dari obat yg dia beli di apotek dan dijual kembali dgn harga berpuluh dan beratus kali lipat dari harga aslinya. Maka jangan yakini kekuatan dukun atau kekuatan paranormal utk apa? Mereka hanya sekedar makhluk yg hidup sebentar dan lama-lama akan binasa. Bagi kita hidup di dunia hanya mampir sebentar sehingga yg paling patut harus kita lakukan adl mempersiapkan bekal utk kepulangan kita nanti. Oleh karena ketika kita memandang manusia adl hal yg biasa-biasa saja. Ha Allah-lah segala-gala Dia penguasa tunggal Dia Pemilik Penggenggam Penentu satu-satu tiada yg lain selain Allah Azza wa Jalla. Bulatkan dan bersihkan hati kita hanya kepada Allah dgn dibuktikan oleh kesungguhan ibadah dan amal kita. Sehingga tak usah menyimpan keris sekecil apapun di rumah kita hanya utk menjadi penolak bala. Allah yg Mahaagung dan Mahakuasa dapat menolong kita tanpa harus kita menyimpan jimat. Tidak usah pakai susuk utk apa? Susuk itu kata nama sejenis keluarga jin yaitu Shuk-shuk. Tidak usah pula memelihara tuyul utk mendatangkan rizki. Allah Mahakaya utk menjamin makhluk-makhluk sekalipun tanpa bantuan makhluk jin atau yg sejenisnya. Insya Allah orang yg bersih keyakinan tiada yg akan dituju selain Allah. Nah Sahabat. Tiadalah yg dituju selain Allah tiadalah yg diharap selain harap dari Allah tiadalah yg ditakuti selain hanya Allah tiadalah yg dimaksud selain Allah tiadalah yg bulat mencuri hati selain Allah. Orang yg bersih tauhid itulah yg benar akhlak insya Allah. Sebab baik amal ramah dan dermawan orangn tetapi dia termasuk orang yg menyekutukan Allah maka dia tak termasuk orang yg berakhak mulia.

No comments:

Post a Comment